Sabtu, 25 Februari 2012
Agar SEKS Luar Biasa...
Hubungan seksual memang sesuatu yang sangat alamiah. Namun, kehidupan seksual yang berkualitas dan luar biasa memuaskan, butuh ramuan dari beberapa hal, seperti persepsi positif, kreativitas, serta stamina prima.
Kehidupan pasangan Ardi dan Emma boleh dikatakan bahagia. Melewati usia lima tahun pernikahan, mereka tetap rukun, serba kecukupan, dan telah pula dikarunia dua orang anak yang sehat. Hanya saja, hampir dua bulan belakangan mereka merasa adanya kemunduran dalam kehidupan seksual. Mereka sering merasa cepat lelah dan stamina merosot, sehingga gairah pun hilang.
Untuk mendapatkan kehidupan seksual yang luar biasa, tak cukup hanya dengan menjaga kebugaran atau kesehatan tubuh secara umum. Pasangan juga harus mampu berkreasi dalam banyak hal, mulai dari komunikasi, kesamaan persepsi dalam hal mencapai kepuasan seksual, serta perlu kecerdasan dalam memaknai hubungan tersebut.
"Seperti halnya pengetahuan lainnya, masalah seks juga harus dipelajari, baik itu dari kasus dan pengalaman orang lain, melalui buku atau pendapat dokter ahli. Itu membuat orang akan paham, termasuk dalam mencari solusi atas berbagai hambatan dalam hubungan seksual," ungkap Dr. Nugroho Setiawan, Sp.And., androlog dari Klinik Grasia, Jakarta.
Harus Dipelajari
Sebuah penelitian tentang perilaku seksual menunjukkan, hubungan seksual yang benar dan berlangsung harmonis tidak dapat dicapai secara alamiah.
Hal itu harus dipelajari dan dibina bersama oleh pasangan. Tanpa usaha itu, seks hanya sekadar aktivitas di atas ranjang.
Selanjutnya hubungan itu pun rentan menjadi sebab terjadinya perselingkuhan dan perceraian. Karena itu, kreasi dan kecerdasan dalam hal seksual diperlukan untuk menekan risiko hubungan pasangan yang meluncur ke arah ketidakharmonisan.
Kecerdasan tak bisa dipisahkan dengan persepsi positif. Dalam hal ini pasangan dituntut untuk memiliki persepsi yang baik atas kehidupan seksual. Anggapan bahwa seks merupakan hal tabu harus dibuang jauh-jauh. Dengan pemikiran ini, baik perempuan maupun laki-laki dapat secara terbuka mengungkapkan hambatan atau ketidakpuasan dalam kegiatan intim mereka.
Kecerdasan dan kebugaran mental akan membawa mereka pada sikap tenang atau rileks saat mengomunikasikan gangguan tersebut. Sering kita dengar tentang letupan emosi atau kemarahan yang meledak, gara-gara kegagalan berhubungan seks. Cara seperti ini jelas tidak menawarkan solusi apa pun. Sebaliknya, cenderung mudah menimbulkan rasa bersalah pada salah satu pihak dan menyisakan konflik yang menganga.
Juga harus disadari bahwa perempuan boleh bersikap aktif dalam berhubungan seks. Tak cuma suami yang harus selalu memegang kendali atas kegiatan tersebut, sementara sang istri menjadi "patung".
"Interaksi ini akan lebih baik jika dibangun atas keaktifan kedua belah pihak. Sikap aktif dan kenikmatan seksual atau orgasme bagi perempuan sama sekali bukan dosa. Jadi nikmatilah sesering Anda mampu," ujar Dr. Nugroho.
Bila kenikmatan seksual hanya dirasakan oleh salah satu pihak, akan cepat menimbulkan kejenuhan. Tak hanya bagi pasangan yang telah lama menikah, tapi juga berisiko bagi pasangan baru.
"Pada pasangan lama, kejenuhan seksual terutama disebabkan oleh monotoni, baik dalam hal suasana maupun perilaku seksual," tutur Prof. DR. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali ini. Supaya kontak seksual dapat terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan, perlu adanya kreativitas dari masing-masing pasangan ini.
Penyebab Mayoritas
Keluhan menyangkut kehidupan seksual pasangan suami-istri (pasutri) merupakan persoalan klasik.
Di tengah kehidupan modern saat ini, solusi untuk masalah itu tentu lebih beragam. Dalam memutuskan pemecahan masalah sebaiknya harus mempertimbangkan kebahagiaan kedua belah pihak.
Menurut Prof. Wimpie, seksualitas dalam perkawinan mempunyai empat dimensi, yaitu prokreasi, rekreasi, relasi, dan institusi. Prokreasi artinya menghasilkan keturunan atau generasi sebagai penerus. Rekreasi mengandung pengertian kesenangan, yang berhubungan dengan kenikmatan dan kepuasan seksual. Dan itu harus diusahakan bersama-sama.
Dimensi relasi berarti kehidupan seksual berfungsi sebagai pengikat yang akan lebih mempererat hubungan batin suami dan istri di dalam suatu institusi, yaitu lembaga perkawinan. Keempat dimensi ini dapat dicapai, jika tidak ada gangguan seksual dan reproduksi, baik di pihak laki-laki maupun perempuan.
Di dalam perkawinan, kehidupan seksual seseorang mengalami penyesuaian karena hadirnya orang lain, yaitu suami atau istri. "Suami atau istri tidak lagi hanya berkepentingan dengan seksualitas dirinya, tapi juga dengan pasangannya. Maka dia harus melakukan penyesuaian dengan seksualitas pasangannya. Tanpa itu, akan timbul masalah seksual," sebut Prof. Wimpie.
Beberapa masalah yang dapat dialami pasutri antara lain, faktor fisik yang secara umum menjadi penyebab mayoritas penurunan kualitas hubungan seksual. Stamina dan kebugaran fisik memberikan efek langsung terhadap kesehatan tubuh secara utuh.
Masalah kebugaran fisik ini sering dipengaruhi oleh pertambahan usia, yang menyebabkan respon faali organ seks menurun. Sensitivitas susunan saraf melorot, dan kecepatan terangsang terhadap stimulasi (rangsangan) seksual pun menjadi lambat. Kondisi ini pada setiap orang tentu berbeda tingkatannya.
Konsumsi Gizi
Di usia muda, orang yang sehat tidak butuh waktu lama untuk terangsang dan siap berhubungan seks. Setelah usia menua, waktu yang diperlukan untuk terangsang menjadi lebih lama.
Berkurangnya kadar hormon testosteron pada pria dan estrogen pada perempuan, sering dinyatakan sebagai penyebab menurunnya gairah. Padahal, soal itu tidak berpengaruh negatif terhadap dorongan seks.
Pada perempuan, penurunan seks cenderung disebabkan oleh sindrom pasca menopause. Gejalanya, sering mengalami rasa gerah (hot flush), kulit dan vagina mengering, sulit tidur, kelelahan yang amat sangat, berkeringat di malam hari, dan cepat emosi.
Masalah lainnya yang mempengaruhi kehidupan seksual adalah perubahan mental, seperti menurunnya kepercayaan diri, depresi, gairah kerja merosot, vitalitas hidup menurun, putus asa, dan stres.
Kondisi ini dapat berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, atau lingkungan kerja. Ditambah lagi kondisi fisik yang semakin menurun, sehingga daya tahan terhadap kemampuan menanggulangi stres dan gangguan jiwa juga menurun.
Agar hal ini tidak terjadi, perlu dilakukan usaha secara terus-menerus. Di antaranya berolahraga teratur, istirahat cukup, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Olahraga secara teratur akan memperlancar peredaran darah dan membantu mengembalikan fungsi organ-organ seksual. Lebih dari itu, olahraga juga dapat mencegah berbagai penyakit yang mungkin akan mengganggu fungsi seksual.
Jika tubuh mulai merasa letih karena aktivitas atau pekerjaan, berikan waktu yang cukup untuk beristirahat. Sekaligus memberikan kesempatan tubuh untuk rileks dan membantu proses pengembalian stamina. Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang akan memastikan kecukupan pasokan protein, vitamin, mineral, dan sebagainya.
Keindahan kehidupan seksual memang sangat tergantung pada kesehatan fisik dan mental yang prima. Langkah yang perlu diambil adalah melatih mental, sosial, fisik, dan spiritual secara menyeluruh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar