Selasa, 13 Maret 2012

Kisah Tiga Gadis Berwajah Serigala

Seorang pembuat film dokumenter berencana mengangkat kisah mereka.

http://media.vivanews.com/images/2012/02/10/143219_tiga-gadis-berwajah-serigala.jpg


Savita, 23, Monisha, 18, dan Savitri, 16, selalu mimpi bertemu pangeran yang mengajaknya menikah. Namun, tiga bersaudara asal Sangli, India, ini merasa harus membunuh mimpi setiap melihat penampilan mereka di cermin.


Rambut halus merayapi hampir seluruh permukaan tubuh dan wajah mereka. Dunia medis menyebutnya gangguan genetika langka yang dikenal sebagai sindroma manusia serigala.

“Pernikahan tidak menjadi pilihan bagi kami, itu tidak mungkin terjadi,” kata Savita seperti dikutip Daily Mail. “Siapa yang akan mau menikah dengan kami jika rambut terus tumbuh di wajah kami?”

Mereka sudah mencoba berbagai ramuan perontok bulu. Seketika, rambut-rambut liar itu lenyap. Namun, sia-sia. Rambut segera tumbuh kembali dengan cepat menutupi lapisan kulit.

“Setiap saya pergi ke sekolah, teman-teman selalu meneriaki saya ‘wajah berbulu, mengerikan, jangan duduk di sampingnya,” kata Savita yang dipecat dari tempat kerja gara-gara kondisinya.

Menurut ibunya, Anita Sambhaji Raut, mereka mewarisi kelainan genetika dari sang ayah. “Saya masih 12 tahun saat dijodohkan dan menikah, saya baru tahu kalau wajah dan tubuh suami saya penuh bulu saat pernikahan,” ujarnya.

Anita mengatakan, hanya tiga dari enam anaknya yang mewarisi kondisi langka itu. “Saat bayi wajahnya sudah dipenuhi rambut, dan setiap saya membawanya keluar, orang-orang meneriaki kami binatang, penyihir,” kata Anita.

Anita berharap mimpi anak-anaknya menikah bisa terwujud. “Jika ada yang melamar tentu mereka akan menikah, tapi jika tidak mereka harus bekerja untuk bertahan hidup. Aku harus terus berusaha mencarikan pendamping untuk mereka,” ujarnya.

Seorang pembuat film dokumenter berencana mengangkat kisah tiga gadis ini. Ia ingin membantu mengumpulkan dana operasi laser untuk menyingkirkan bulu-bulu liar dari tubuh mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar